Hari ini, aku mencoba melanjutkan tulisan yang telah lama terbengkalai, tulisan akan seonggok kisah yang sebenarnya pengen ditulis sejak tahun lalu (ketahuan banget kalo pemalas 🙂 ). Walaupun aku bukan penulis yang dapat memukau para pembacanya, aku berharap tulisan ini dapat bermanfaat dan memotivasi para pembaca yang memiliki tujuan yang sama :)Pengalaman yang benar-benar tak terlupakan demi menggapai salah satu mimpi, perjalanan demi mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
Kedengarannya sedikit tolol atau hanya mengada-ada ketika seorang anak petani yang biasa-biasa saja tiba-tiba memiliki mimpi untuk mengenyam pendidikan di luar negeri. Banyak yang berkata, “darimana dapat duitnya? untuk bersekolah disini saja itu sudah susah, untung-untung dapat beasiswa selama sekolah disini. Mana mungkin bisa mendapatkan beasiswa luar negeri, kan orang tuamu hanya petani.” Itulah yang sering aku dengarkan dari kebanyakan orang yang menurut aku mencoba mematahkan semangat untuk tetap maju. Merasa sedih ketika mendengarkan celotehan-celotehan itu, Ya, namun aku tidak pernah berhenti untuk terus berusaha menggapainya, saat itu bahkan hingga detik ini aku tetap yakin bahwa suatu hari nanti semua mimpi-mimpi itu akan tercapai seiring dengan usaha dan doa. 🙂
Sejak dulu, cemoohan dan ejekan tentang hobi aku selalu ada. Menurut sebagian orang aku itu sok-sok an, gimana tidak, daftar list lagu aku hampir semuanya lagu-lagu barat, mulai dari lagu yang paling melow hingga lagu yang bergenre rock. Lagu indonesia yang ada pun cuma lagu-lagu penyemangat dan lagu-lagu lama yang jarang sekali diputar di Windows Media Player komputer. Lain halnya dengan kebanyakan anak muda sekarang yang begitu banyak mendengarkan lagu-lagu boyband indonesia dan band-band yang sedang tenar di negara tercinta ini. Banyak yang mengatakan aku itu sok kebarat-baratan bahkan ada yang mengatakan aku itu tidak suka negeri sendiri. Orang tuaku pun mengatakan hal yang sama. Mereka sering melarangku bernyanyi lagu barat dirumah atau memutar lagu-lagu barat atau bahkan menonton tayangan dari negeri barat. Mereka beranggapan tidak ada gunanya aku menyanyikan lagu yang sebagian besar orang tidak mengerti artinya apa, hanya “memekakkan telinga saja” dan mengganggu tetangga. Mereka juga takut aku akan terkontaminasi dengan budaya-budaya tidak baik jika menonton tayangan tersebut. Namun, aku menjadikan semua itu sebagai tantangan yang patut dijalani. Demi mengerti dan menguasai bahasa asing yang satu ini, aku tetap pada pendirian untuk terus belajar bahasa itu walaupun hingga saat ini masih belum bisa mahir menggunakan bahasa itu. Karena aku yakin suatu saat bahasa itu akan sangat membantuku menggapai semua mimpi-mimpiku.
Berawal dari hobi ngenet (alias buka facebook) yang amat sangat keseringan hingga banyak yang khawatir aku bakal kenapa2, aku menemukan satu info beasiswa bagi mahasiswa S1, beasiswa untuk mengenyam pendidikan bahasa inggris di negeri Paman Sam yang dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat itu sendiri, mereka menamakannya U.S. Department of State. Saat itu, aku masih duduk di bangku semester 3 perkuliahan, masa yang cukup muda dan belum bisa ikut program tersebut, maklum salah satu syaratnya mahasiswa yg mengapply harus minimal duduk di semester 5. Saat itu juga, hasrat, keinginan, serta mimpi terangkai sedikit demi sedikit untuk menjadi salah satu grantee beasiswa yang sangat diincar oleh kebanyakan mahasiswa Indonesia. Pikirku, tidak apalah, tahun depan toh bisa ikut. Yang penting fokus kuliah aja dulu sembari memperbaiki bahasa inggris ku yg notabene nya saat itu TOEFL. Satu tahun itu berlalu terlalu cepat hingga aku pun tidak siap dan sangat jarang sekali membuka situs beasiswa itu. Kebetulan malam itu, aku ngenet lagi di warnet dan tidak sengaja membuka situsnya, kalo tidak salah, malam itu tepat hari ulang tahunku, 12 november malam. Betapa terkejutnya ketika beasiswa yang udah aku impikan setahun terakhir akhirnya berlalu begitu saja ketika aku secara akademik (jadi mahasiswa semester 5) telah siap. Deadlinenya tepat hari itu (kalo tidak salah). Benar-benar belum rejeki. Menyesal karena tidak pernah membuka situs itu hampir setahun. Namun, ya sudahlah…tak perlu disesali walaupun sebenarnya saat itu mimpi utk berangkat ke negeri Paman Sam berangsur-angsur pudar seiring makin padatnya kuliah. Awal tahun 2010, aku berkesempatan untuk ikut kursus TOEFL disalah satu lembaga TOEFL dikota ini. Namanya aja juga sibuk kuliah, kursus pun jadi tidak maksimal. Alhasil, skor ketika pertama kali masuk dan terakhir kalinya hanya naik 7 poin. 483 ke 490. Itupun juga hanya prediction scores. Benar-benar memalukan. Tapi dalam benak aku pun bersyukur, “lumayan, daftar beasiswa itu pun udah bisa”,pikirku. Beberapa bulan berselang, aku pun ikut KKN selama hampir 2 bulan dan dilanjutkan dengan kerja praktek disalah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Untuk pertama kalinya keluar Sumatera Barat dan juga pertama kali naik pesawat terbang, maklum dulu kepindahanku dari Maluku ke Provinsi ini hanya menggunakan kapal besar yang lamanya 7 hari. Singkat cerita, saat itu aku nompang online di laptopnya kakak angkat aku dan lagi, aku tidak sengaja membuka situs beasiswa itu. Betapa gembiranya ketika melihat deadline beasiswa itu dibulan oktober, saat itu akhir September. Hasrat untuk mendaftar beasiswa itu pun semakin tinggi. Namun sayang keinginan tadi terpaksa kandas ketika melihat persyaratannya. Beberapa persyaratan penting tak bisa kupenuhi. Saat itu aku bukan dikota Padang, semua sertifikat ada dikota itu alias di kosan. Parahnya lagi aku belum pernah mengikuti tes TOEFL ITP. Berdasarkan keinginan sih bisa-bisa saja, nothing impossible if we wanna try hard, tapi itung-itungan logika sepertinya lebih realistis dengan keadaan saat itu. Akhirnya, dengan berat hati untuk ketiga kalinya aku membiarkan kesempatan itu pergi. Benar memang, kesempatan itu tidak datang dua kali, namun saat itu aku tetap yakin, apapun itu, kalo jodoh ga bakalan kemana. Keinginan untuk menyelesaikan study secepat-cepatnya pun jadi target aku sepulang kerja praktek. 2,5 bulan pun berlalu dan saatnya kembali ke Padang, dalam hati aku berfikir, kapan lagi ya bisa naik pesawat lagi, aah..semoga tahun depan bisa naik pesawat lagi.
Sore itu aku membuka facebook dari handphone dan ternyata ada pesan dari salah seorang senior yang mengatakan bahwa beasiswa incaran aku itu buka lagi. Heran, bingung dan senang bercampur aduk. Bagaimana mungkin pendaftaran beasiswa yang baru saja ditutup 2 bulan yang lalu sekarang dibuka lagi. Aah..pasti cuma becanda. Jadi penasaran, akhirnya aku coba buka situs beasiswa tersebut. Dan ternyata benar…beasiswa itu buka lagi…Alhamdulillah, ternyata masih diberi kesempatan oleh Allah. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, pikirku mungkin aku bisa berjodoh dengan beasiswa ini. Saat itu pertengahan desember 2010, aku pun bergegas mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan. Hal pertama yg menurut aku urgent banget itu adalah score TOEFL ITP. Dipikir-pikir, tes TOEFL ITP itu biayanya cukup mahal untuk seorang mahasiswa yang uang jajannya pas-pasan, namun aku tetap kekeuh untuk mendatangi kantor Pusat Bahasa Universitas Andalas yang saat itu masih digedung Pustaka Pusat lantai 4. “Well, yang penting kesana dulu, cari info kapan tesnya dan bayarnya insya allah pasti ada jalan,” itulah hal yang ada dibenakku. Aku pun bergegas kesana bersama seorang teman yg kebetulan tertarik juga dengan beasiswa itu, tanpa membawa uang untuk tes tsb. Sesampainya disana, aku langsung bertemu seorang Ibu yang menerima pendaftaran tes TOEFL, aku pun menceritakan maksud aku untuk mengikuti tes itu, dan juga menyampaikan bahwa saat itu aku tidak memiliki uang untuk membayarnya. Ternyata beliau memahami keadaan aku saat itu dan mengizinkan aku untuk mengikuti tes tsb tanpa harus membayar dulu, dengan syarat harus dibayar ketika pengambilan sertifikat TOEFL. Alhamdulillah…
Hari test TOEFL pun tiba, tanpa persiapan sedikit pun (aku hanya membaca grammar sesaat sebelum test), namun berharap bisa mendapat skor yang lebih dari 450. Bismillah, bermodal doa dan pengetahuan yang sangat minim akan TOEFL, aku pun mengikuti tes tsb. Seminggu kemudian, dengan perasaan yang sangat tak karuan aku pun datang ke pusat bahasa dan menanyakan langsung skornya, Subhanallah..alhamdulillah, 483, lebih dari 450, standar yang ditetapkan oleh syarat beasiswa tersebut. Ingin rasanya mengambil sertifikat toefl tersebut, namun sayang, aku ingat syarat sebelum ujian dulu, jika ingin mengambil sertifikatnya, maka harus bayar testnya dulu. Tidak kehabisan akal, aku pun meminjam duit teman untuk membayarnya dan berjanji akan melunasi seminggu setelah peminjaman. Alhamdulillah, sertifikat dapat dan duitnya pun bisa dibayar tepat waktu.
Kini saatnya untuk mengisi application form. Ternyata malas masih menyelimuti diriku untuk menyelesaikannya. Ditambah lagi jadwal kuliah yang cukup padat akibat terlantarnya kuliah selama hampir 3 bulan. Aku harus mengejar semua ketinggalan selama melaksanakan KP di Jakarta. Ketika dilihat2 application form, banyak yang diminta ternyata dan semuanya harus ditulis dalam bahasa inggris. Terakhir mengarang dalam bahasa Inggris itu ketika ujian akhir di SMA alias 4 tahun yang lalu. Satu persatu pertanyaaan yang diberikan aku pahami baik2 dan mencoba merangkai kalimat2 jawabannya di ingatan, bukan dikertas. Namun yang namanya malas itu tetap aja mengganggu. Hampir seminggu formulir itu tidur bersama buku2 lainnya sedangkan waktu pendaftaran tinggal 10 hari. Aku pun akhirnya mencoba untuk mengisi essay yang ada pada formulir tersebut. Jujur, itulah kunci utamaku mengisi formulir tersebut. Semua pertanyaan aku jawab dengan keadaan sebenarnya tanpa mengada-ada. Aku juga menceritakan tentang kelebihan dan kekurangannku di pertanyaan pertama, tidak lupa juga aku menambahkan kiat2 untuk mengatasi kekuranganku. Mengisi jawaban pertanyaan2 dengan essay yang dibuat sendiri yang mungkin tata bahasa masih sangat sederhana dan banyak terjadi grammar erroryang menurutku merupakan hal yang mungkin akan mengurangi penilaian juri terhadap application form. Namun, apa boleh buat, aku pun bingung kepada siapa formulir itu bisa dikoreksi dan memutuskan untuk memeriksa sendiri deretan2 kalimat tsb. Beberapa kalimat sederhana dan kebanyakan “aku”nya, aku coba untuk menggabungkan dan menjadikan kalimat pasif agar kalimat2 tersebut tidak terlihat seperti kalimat yang “menyombongkan” diri sendiri. Ketika formulir dan supporting dokumennya terpenuhi, aku pun fokus kepada Reference Letter. Rencananya reference letters itu bakal diminta dari Bapak Kepala Jurusan dan Bapak Dekan, namun karena Bapak Dekan sangat sibuk akhirnya aku cuma minta rekomendasi kepada Bapak Kepala Jurusan. Saat itu udah tanggal 7 Januari 2011 dan deadlinenya tanggal 10 Januari. Formulir yang telah diisi dan supporting dokumennya diperiksa lagi beserta surat rekomendasi. Aku pun bergegas ke kantor pos dan mengirim aplikasi tersebut jenis “POS KILAT KHUSUS”, berharap dokumen tersebut sampai di Jakarta tanggal 8 Januari 2011. Saatnya menunggu dan berdoa atas semua yang telah dilakukan, berharap menjadi salah satu kandidat yang bakal mengikuti tes wawancara.
Keesokan harinya, aku mencoba men-search keadaan kiriman aplikasi itu dengan menggunakan barcode yang tertera di kuitansi pembayaran. Alhamdulillah, aplikasinya sampai dengan tepat waktu. Saat itu, semuanya aku serahkan kepada Yang Maha Mengetahui, yang jelas aku telah berusaha semampuku. Satu lagi yang kuingat, saat itu orang tuaku tidak mengetahui kalo aku mendaftar beasiswa itu. Aku hanya tidak sengaja bercanda dengan ayah dan ibu bahwa aku ingin naik pesawat lagi di tahun 2011. Maklum, tahun 2010 ke Jakarta di bulan September dan kembali ke padang di bulan desember aku naik pesawat, ya untuk pertama dan kedua kalinya. Ternyata menurut seorang anak petani, naik pesawat itu adalah sesuatu yang “WAH” dan patut untuk mengulanginya. Saat becanda itu, ayahku marah karena menurut beliau untuk apa naik pesawat, mau kemana, dan bakal dapat duit dari mana. Namun aku menjawab dengan santai, ya kemana takdir membawa Pa, semoga dikasi tiket gratis, jawaban yang menurutku “asal” untuk menjawab pertanyaan orang tua. Beliau pun hanya tersenyum dan mengatakan “terserah, yang penting tidak merepotkan orang tua.”
Hampir sebulan aku menunggu berita tentang aplikasi itu, berharap bisa mendapat secercah harapan akan beasiswa itu. Satu minggu, dua minggu masih belum ada berita. Kabarnya, pengumuman lulus tahap seleksi I akan diberitahu 3 minggu setelah deadline. Berdoa, itulah satu2 nya hal yang bisa dilakukan. Aku masih ingat, saat itu, siang sekitar pukul 11.00 WIB, ketika aku masak dikosan untuk acara “homestay” angkatan, handphone ku berdering. Saat dilihat, ternyata bukan nomor hp atau nomor sumatera barat, aku pun mengangkat telepon itu dengan segera. Suara di telpon itu, terdengar suara seorang Ibu yang menurutku masih muda, aku pun menjawab telpon itu dengan baik dan hati2. Awalnya aku ditanya namaku dan tentang pendaftaran beasiswa itu, setelah aku menjawab “iya”, Ibu itu pun mengatakan bahwa aku lulus seleksi tahap I dan harus mengikuti wawancara di UPT BAHASA UNAND tanggal 2 dan 3 Februari 2011. Alhamdulillah, aku pun berterima kasih kepada Ibu itu. Berita yang benar-benar tidak disangka2, berita yang diharapkan, Alhamdulillah walaupun masih lulus tahap 1, aku harus tetap berusaha dan berdoa. Perjuangan belum usai. Beberapa hari setelah pengumuman itu, aku memberitahu Mama, ya hanya Mama. Beliau pun mendoakan semua usahaku dan selalu memberiku nasehat serta support.
Hari wawancara pun datang. Aku pun berberes, mengenakan pakaian yang resmi (saat itu aku mengenakan celana bahan hitam dan baju batik) serta membawa salinan aplikasi. Untung sehari sebelumnya aku ke UPT BAHASA menanyakan tempat wawancara, dan petugasnya pun mengatakan wawancara akan dilakukan digedung UPT yang baru. Alhamdulillah aku tidak datang terlambat pagi di hari wawancara itu. Ternyata, wawancaranya pun tidak berurutan, alias sistem acak. Disana, aku bertemu dengan teman2 baru yang juga lulus untuk ikut wawancara. Ada yang dari fakultas kedokteran, ekonomi, hukum, dan beberapa fakultas lain di Universitas Andalas, yang dari teknik, cuma aku. Selain itu juga ada dari berbagai kampus di Sumatra Barat, Universitas Negeri Padang, Universitas Putra Indonesia, Universitas Bung Hatta, IAIN Imam Bonjol, dan beberapa kampus lainnya. Mereka semua benar2 “outstanding” people. Ternyata, ujian itu ga cuma wawancara aja. Sembari menunggu giliran, aku pun menyapa teman2 yang juga akan wawancara. Saat itu, ada seorang cewe yg umurnya lebih tua dibanding aku, kakak itu adalah kakak seorang teman yg wawancara. Kakak itu bertanya asal kampusku dan aku pun menjawab kalo aku dr kampus sini. Masya Allah, ternyata banyak cara orang untuk menjatuhkan mental orang lain. Itulah yang kurasakan ketika berbicara dengan dia. Dia berbicara panjang lebar menjelaskan adiknya yang pintar sekali berbahasa inggris, TOEFL nya 550, dan sering mengikuti kegiatan internasional. Aku pun hanya tersenyum sambil terkagum2 dan mengatakan “wah, adik kakak hebat ya” sembari didalam hati terbesit rasa takut dan tidak percaya diri. Beberapa saat kemudian, adiknya datang karena telah selesai wawancara dan mereka pamit. Ya yang namanya nova, memang suka mencari teman baru. Aku pun ngobrol dengan teman2 lain. Disana juga ada beberapa anak AIESEC yang juga lulus, ternyata mereka juga pernah keluar negeri, punya banyak pengalaman internasional dan tentunya bahasa inggrisnya bagus. Ya Allah, mereka semua pintar2, sedangkan aku, aku hanya mahasiswa biasa yang ga punya prestasi, bahasa inggrisku hanya seadanya, dan kegiatan internasional pun aku tidak pernah ikut. Mereka juga sibuk membaca kembali aplikasi yang telah mereka buat, sedangkan aku, aku hanya duduk senyam senyum memperhatikan mereka sambil berfikir dan berusaha untuk tetap tenang dan mengembalikan semua rasa percaya diri yang telah kubangun sejak dari kosan. Benar2 waktu yang berat menjelang dipanggil wawancara. Satu persatu mereka pulang karena telah selesai wawancara. Siang pun datang dan aku sama sekali belum dipanggil. Kalo tidak salah, saat itu tinggal 3 kandidat lagi yang belum wawancara. Beberapa saat kemudian, namaku pun dipanggil. Dengan hati2, aku memasuki ruangan itu. Disana, ada dua meja yang letaknya bertolak belakang dengan jarak sekitar 5 meter. Disana ada 2 pewawancara, keduanya Ibu2. Jadi, saat yang bersamaan ada 2 kandidat yang wawancara. Aku pun dipersilahkan duduk. Aneh, tidak biasanya aku merasa tenang ketika mengikuti suatu wawancara. Dalam hati aku berharap, semoga ini awal yang baik. Satu persatu Ibu itu bertanya kepadaku sambil memperhatikan kertas aplikasi yang kukirim dulu yang telah ada sama beliau, aku pun menjawab dengan bahasa inggris sesuai dengan apa yang telah kujawab dulu di application form tersebut. Sesekali, ketika aku tidak tahu bahasa inggris suatu kata, aku jelaskan dengan kalimat sederhana namun masih tetap dalam bahasa inggris juga. Sekitar 10 menitan, wawancara itu selesai. Aku pun berterima kasih kepada Ibu itu dan menyalaminya sambil mohon izin keluar. Lagi, hobi berkenalan dengan anak baru tidak mau hilang dari kebiasaanku. Di luar ruangan itu, aku berkenalan dengan seorang anak cowo yang ternyata dia anak UNP jurusan bahasa Inggris dan ternyata juga merupakan teman2ku yang dulu ikut pertukaran ke Malaysia saat masa SMA, dia pun ikut pertukaran itu. Lagi, aku ketemu dengan orang2 “outstanding”. Senang rasanya bisa berkenalan dengan orang2 hebat dan berharap bisa menjadi seperti mereka. There’s nothing to say except praying ang hoping the best.
Yang namanya galau itu ternyata tidak pernah hilang dari ingatan dan juga kebiasaan. Sambil berdoa mohon yang terbaik aku juga update status facebook yang membuat beberapa teman2 ku bertanya2, maklum aku tidak memberitahu mereka kalo aku lulus tahap I dan ikut wawancara. Berharap bisa menjadi surprise buat mereka. Hampir sebulan menunggu kabar beasiswa itu. Kabar yang aku dapat, pengumuman beasiswa itu sekita 3-4 minggu setelah wawancara, dan tiap daerah berbeda2 jadwal pengumumannya. Aku masih ingat tanggal dimana aku benar benar galau ketika membaca beberapa posting di grup IELSP di facebook. Untung grup itu opened group, jadi aku tidak perlu masuk menjadi anggotanya. Di page itu aku melihat beberapa postingan dari teman2 se Indonesia yang telah dinyatakan lulus wawancara dan akan berangkat ke USA. Akupun berfikir, Ya Allah aku bakal lulus juga atau tidak? Apakah aku masih diberi kesempatan? Apakah aku bisa menggapai salah satu impianku? Pikiran yang benar-benar kacau di Senin, 28 Februari 2011. Tidak cuma siang hari, malam hari hingga keesokannya juga. Aaah, kalo tau akan seperti ini mending aku ga usah buka page grup itu, desahku. Tingkat stress yang teramat sangat itu membuatku tidak bisa tidur semalaman. Semuanya menari dikepalaku, andai aku lulus, andai aku tidak lulus, apa yang bakal aku lakukan? Bagaimana kelanjutan kuliahku? Tugas Akhirku? Akankah aku bisa lulus sesuai targetku? Akankah aku menjadi lulusan pertama di angkatanku? Akankah aku memiliki nilai yang terbaik? Akankah aku bisa lulus beasiswa S2 ke Jerman secepat2nya? Begitu banyak pertanyaan yang menggangguku hingga azan subuh datang. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan mengambil wudhu, shalat subuh, berdoa dan setelah itu mengaji. Alhamdulillah, pikiranku lumayan tenang dipagi itu. Aah, tau seperti ini mending dari tengah malam tadi aku shalat tahajud dan ngaji. Namun, ya sudahlah, sekarang udah pagi. Aku pun menelopon mama, mengabari beliau bagaimana keadaanku. Kata mama, bersabarlah, kalo jodoh insya Allah ga bakal kemana, yang penting telah berusaha semampunya, kalopun tidak lulus, tidak apa2, yang penting punya pengalaman mendaftar beasiswa, dan bisa lebih fokus ke Tugas Akhir sambil persiapan mencari beasiswa S2 ke Jerman, toh kamu boleh pergi belajar kemana saja, ke Amerika, Eropa, Asia, Afrika, Australia yang penting masih di bumi Allah. Mendengar semua nasehat panjang lebar seorang wanita yang paling kusayangi, hatiku pun jauh lebih tenang dari sebelumnya. Alhamdulillah aku memiliki Ibu yang benar2 super dan tentunya memiliki orang tua yang mengizinkan anaknya untuk menuntut ilmu setinggi2nya dimana saja merupakan kebahagian tersendiri bagiku disaat banyak teman2ku yang kadang merasa terkekang oleh orang tuanya. Pagi itu, setelah semalaman tidak tidur, rasa ngantuk benar2 menyerangku, padahal hari itu aku harus kekampus untuk membahas judul Tugas Akhirku dengan Dosen Pembimbing. Aku pun memutuskan untuk tidur. Sekitar pukul 10.00 an, aku bangun dan seperti biasa beres2 ke kampus, berharap mendapatkan sesuatu di hari selasa yang cerah itu, 1 Maret 2011.
Sesampai dikampus, entah kenapa, biasanya aku jarang sekali mengaktifkan nada dering handphone. Tapi siang itu, ketika masih diatas bus, aku mengaktifkan nada deringnya, seolah2 pertanda akan ada orang yang meneleponku hari itu. Baru sekitar 5 menit aku duduk di tempat “Amak” ( tempat Ibu2 menjual makanan di jurusan), tanpa diduga, handphone ku berbunyi. Dengan cepat aku meraih handphone itu dari dalam tas dan mendapati bahwa yang sedang menelepon aku itu bukan nomor Sumatera Barat, tapi nomor Jakarta. Dalam pikiranku, aah ini pasti orang Indosat yang mungkin akan menanyakan laporan KP atau uang saku-ku. Namun aku salah besar, ketika aku menjawab telepon itu, ternyata terdengar suara seorang Ibu yang hampir mirip dengan suara Ibu yang pernah menelepon aku dulu untuk ikut wawancara. Ibu itu pun memperkenalkan dirinya, nama beliau Sri Kurniaty dari IIEF dan beliau pun menanyakan nama lengkapku sambil menanyakan juga tentang aplikasi beasiswa itu. Ada rasa sedikit gembira ketika aku mengetahui beliau dari IIEF, foundation yang menyalurkan beasiswa itu. Dalam pikirku, Ibu ini bakal membawa berita bahagia atau tidak ya? Aku semakin penasaran. Setelah itu beliau bertanya tentang tugas akhirku dan rencana aku lulus, aku pun mengatakan bahwa aku berencana lulus September 2011, beliau pun menanyakan lagi kepastiannya, aku pun menjawab bahwa aku tidak bisa memastikan karena hingga saat aku menerima telepon itu, judul TA ku belum ada dan aku belum seminar proposal. Mendengar jawabanku yang panjang lebar tersebut, beliau pun mengatakan “SELAMAT YA NOVA RESFITA, KAMU LULUS BEASISWA IELSP”. Diam sejenak, dan tiba2 berfikir, menurutku, Alhamdulillah aku lulus untuk tahap selanjutnya. Akupun kembali bertanya kepada beliau apakah aku harus ikut seleksi tahap selanjutnya, beliau pun menjawab, “Tidak Nova, kamu udah lulus beasiswa, kamu ke USA.” SUBHANALLAH….ALHAMDULILLAH….suaraku tiba2 berat, mataku panas dan berkaca2, nafasku tak karuan, detak jantungku benar2 tak beraturan, aku yang tadinya memegang telepon sambil berdiri, tiba2 hanya terduduk diam, gemetar sambil menangis sambil memegang hp itu tanpa mematikan sambungan. Hampir 5 menit aku berada dalam keadaan yang aneh itu, aku bisa membayangkan bagaimana ekpresi Mba Chichi (panggilan Ibu Sri Kurniaty) ketika mendengar ekpresiku saat itu. Setelah beberapa saat aku tenang, beliaupun bertanya “ Tidak apa2 kan Nova? Udah tenang?”, dengan masih gemetaran aku pun menjawab “ Tidak apa2 Bu, maaf ya Bu, Terima kasih Bu.” Aah untung aja aku tidak jantungan, kalo ga mungkin aku udah pingsan.hehehe. Beliau pun menjawab, “Tidak apa2 Nova. Kamu punya pulpen? Ada yang harus kamu catat dan kamu persiapkan. Kamu udah punya passport?”. Aku pun bergegas mencari pulpen didalam tas dan mencari kertas sambil menjawab kalo aku belum punya passport. Beliau pun menyuruhku untuk membuat passport secepat2nya dan mempersiapkan dokumen2 yang diperlukan. Setelah semua info beliau sampaikan, beliaupun member salam dan untuk kesekian kalinya aku menyampaikan terima kasih sambil menutup telepon. Sementara itu, teman2, senior2 dan junior2 yang berada didekatku hanya tercengang, bingung dan bertanya2 dengan tingkahku. Bagaimana tidak, seorang nova tiba2 menjadi seperti orang gila ketika menerima telepon itu dan pakai nangis segala. Seorang seniorpun mendekatiku dan bertanya “gimana nova, lulus?”. Aku pun menjawab dengan wajah berseri2 sembari senyum “Iya uni, Alhamdulillah.” Uni itu pun member ucapan selamat dan aku mohon diri bergegas untuk memberitahu kedua orang tuaku dan “Mak Tuo”(saudara satu suku dengan ibuku) dan juga dosen pembimbingku . Ketika aku menelepon ibu, beliaupun merasa senang sekali dan berkali2 mengucapkan Alhamdulillah dan mengatakan kalo jodoh ga bakal kemana. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengatakan Alhamdulillah juga. Berita yang benar2 diharapkan namun tidak disangka2. Tiba2 ibuku bertanya dengan nada khawatir dan cemas, “trus nanti kamu ke Amerika bagaimana? Pakai apa? Uangnya bagaimana? Tinggal dimana? Makan apa? Trus pakai bahasa apa? Kamu kan tidak kenal siapa2, jangan pergi ya nak.” Sambil tersenyum aku menjawab dengan jelas kepada ibu agar beliau tidak khawatir, “ Tenang Ma, aku kesana pakai pesawat, aku tidak sendiri karena ada teman2 lain se-Indonesia yang juga lulus, kalo tinggal mungkin di rumah orang tua asuh atau di asrama siswa, kalo masalah uang, kan beasiswa Ma, jadi semuanya ditanggung kecuali passport, kalo makanan, insya Allah makanan halal ada Ma. Kalo bahasa, nova bisa bahasa inggris walaupun sedikit2 Ma. Tidak usah cemas Ma, yang penting nova mohon izin Mama, Papa dan keluarga.” Itulah jawabanku dan alhmdulillah ibu merasa tenang mendengarnya. Bagaimana tidak, anak gadisnya, anak pertama, akan merantau jauh ke benua lain nun jauh disana, menyebrangi samudra tanpa ditemani orang tua atau famili,belum lagi dengan pergaulan orang Amerika yang sering didengar2 diberita TV. Aku bisa membayangkan betapa takut, khawatir, cemas dan bahagia bercampur aduk dalam pikiran beliau. Untunglah beliau tidak terlalu mempermasalahkannya ditelepon setelah aku menjelaskannya kepada beliau. SUBHANALLAH, ALHAMDULILLAH….rasa syukur yang benar2 dalam atas kesempatan yang diberikan Allah kepadaku, kesempatan untuk melihat belahan bumi Allah yang lain serta menuntut ilmu disana. Terima kasih Bapak2, Ibu2, uda2 uni2 senior, teman2 dan adik2 atas semua saran dan motivasinya. Mimpiku beberapa tahun terakhir akhirnya tercapai, dan pembuktian ejekan dulu itu membawa berkah, ejekan dimana aku sering dicemooh dan dianggap sok2 an mendengar lagu2 barat dan sejenisnya.
Ternyata rencana Allah itu jauh lebih indah. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita yakini. Dengan bermodalkan sedikit pengetahuan, percaya diri, usaha, kegigihan, pengorbanan serta doa, Alhamdulillah mimpi itu tercapai. Mungkin bagi sebagian orang hal ini hanya hal biasa, tapi bagi seorang anak petani yang hidupnya pas2an, mimpi ini merupakan hal luar biasa yang pernah diraihnya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi teman2 pembaca. Semoga kita sukses, Marilah kita raih semua mimpi2 kita. ^_^
Salam Hangat,
Nova Resfita
Padang, 27 September 2012 Pukul 8.40 WIB
-0.953730
100.351997